Beranda | Artikel
Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim
Selasa, 1 Januari 2019

Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at, 12 Dzul Hijjah 1439 H / 24 Agustus 2018

Khutbah Jum’at Pertama Tentang Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at yang berbahagia,

Sesungguhnya pemberian yang besar yang Allah berikan kepada seorang hamba yaitu diberikan  ia istiqomah diatas agama dan merasa khawatir akan kerusakan yang akan menimpa iman dan agamanya. Karena rusaknya Iman, rusaknya aqidah, rusaknya akhirat kita itu adalah merupakan kesengsaraan yang abadi. Sedangkan rusaknya dunia hanyalah sementara. Bencana yang merusak iman, yang merusak aqidah itu lebih besar dari pada bencana tsunami dan gempa. Karena tsunami dan gempa hanya menghancurkan dunia. Sedangkan kerusakan iman dan aqidah membinasakan akhirat kita. Dan tentunya saudaraku sekalian, kerusakan akhirat itu jauh lebih parah, jauh lebih menakutkan dan mengerikan bagi seorang hamba. Karena dunia sesuatu yang tak akan lama. Sedangkan akhirat, itulah hidup kita untuk selamanya.

Apabila diakhirat ternyata kita harus bersabar dalam api neraka, sementara kesabaran disaat itu sudah tak bermanfaat lagi. Maka bukankah lebih baik kita bersabar di dunia menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita?

Demi Allah, ujian dan cobaan bukan karena Allah tidak suka kepada kita. Bukan karena Allah subhanahu wa ta’ala benci kepada kita. Akan tetapi ujian dan cobaan itu saudara-saudaraku sekalian, hakikatnya adalah kasih sayang Allah kepada kaum mukminin. Bagaimana ujian dan cobaan menjadi kasih sayang Allah kepada kita?

Pertama, ia adalah menggugurkan dosa

Menggugurkan dosa-dosa karena setiap sesuatu yang menyakiti kita baik itu sakit, sedih, demikian pula kelelahan, itu semuanya menggugurkan dosa seorang mukmin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Bukankah digugurkan dosa adalah rahmat Allah yang besar? Karena seseorang tidak mungkin masuk ke dalam surga tanpa diampuni dosanya. Sebab apabila dosanya tidak diampuni selamanya, tak mungkin dia masuk ke dalam surga. Maka digugurkan dosa saudaraku, adalah rahmat yang luar biasa yang Allah berikan kepada seorang hamba.

Allah angkat derajat kaum mukminin

Dengan ujian dan cobaan tersebut Allah angkat derajat kaum mukminin. Derajat yang tinggi disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad bahwa apabila Allah telah menentukan derajat yang tinggi pada seorang hamba, tapi ternyata amalan yang tidak sampai maka Allah berikan pada ujian dan cobaan dalam hidupnya hingga ia pun sampai kepada derajat yang telah Allah tentukan untuknya.

Ujian dan cobaan kehidupan di dunia saudaraku sekalian, diantara manfaatnya juga adalah agar kita tidak menjadi orang yang tertipu dengan kesenangan dunia. Ketika seorang hamba terus menerus dalam kesenangan dalam kehidupan dunia ini, dia akan menjadi hamba-hamba yang tertipu dengan dunia. Sehingga akhirnya ia menjadi cinta dunia. Disaat cinta dunia telah menguasai hatinya, maka cinta akhirnya pun menjadi pudar dalam hatinya. Ketika cinta dunia itu telah betul-betul kokoh dihatinya, munculah berbagai macam penyakit-penyakit hati. Berupa kesombongan, rasa ujub, bahkan hilang keikhlasan. Karena ia lebih mengharapkan dunia daripada kehidupan akhirat.

Demikian saudaraku sekalian, kesenangan dunia itu sifatnya sangat menipu sekali. Makanya Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan:

…وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾

“…Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Maka seorang mukmin diberikan oleh Allah terus ujian dan cobaan supaya ia tidak tertipu dengan kesenangan dunia, supaya ia sadar bahwasanya hidup di dunia tak mungkin selamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)

Subhanallah..

Ujian yang menerpa seorang mukmin hakikatnya adalah rahmat yang besar yang Allah berikan kepada seorang hamba. Maka pujilah Allah disetiap keadaan, disaat diberikan kesenangan pujilah Allah, disaat kita diberikan kesusahan pujilah Allah, karena sesungguhnya semua perbuatan Allah itu terpuji dalam setiap keadaan.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah Kedua Tentang Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam…

Seseorang ketika menganggap musibah dan bencana itu sebagai sesuatu yang bisa menjadikan dia terhalang dari kenikmatan-kenikmatan dunia, akan marahlah ia kepada Allah. Lalu ia pun tidak ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepadanya. Sehingga ia pun semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala karena si hamba ini hanya memikirkan hak-hak dirinya dan tak pernah yang memikirkan hak-hak Allah kepadanya. Yang ia selalu pikirkan adalah bagaimana dia mendapatkan nikmat dari Allah berupa kenikmatan dunia. Tapi ia tidak berpikir bagaimana saya bisa melaksanakan hak-hak Allah berupa ibadah, berupa shalat, berupa dzikir dan yang lainnya. Sementara yang dia pikirkan hanyalah kesenangan-kesenangan saja. Itu semuanya saudaraku sekalian, bagi orang seperti ini barangkali musibah akan menjadi malapetaka untuk dia. Karena musibah yang menimpa ternyata hanya menimbulkan su’udzan kepada Allah.

Musibah yang menimpa hanya menjadikan dia semakin lari dari Allah, semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dia menganggap bahwasannya rahmat dan kasih sayang itu hanya sebatas kesenangan dunia. Oleh karena itulah Allah ta’ala membantah pemikiran seperti ini:

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ﴿١٦﴾ كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ ﴿١٧﴾

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,” (QS. Al-Fajr[89]: 15-17)

Bukan itu tanda kasih sayang Allah kepada hamba. Seorang hamba yang diberikan oleh Allah kenikmatan yang banyak bukan tanda bahwa dia dirahmati dan disayangi oleh Allah. Kalaulah tanda seseorang dirahmati dan disayangi oleh Allah adalah dengan banyaknya harta, tentu si Qorun yang paling berhak mendapatkan rahmat Allah. Tapi tidak demikian saudaraku sekalian, rahmat Allah itu hakikatnya adalah hidayah untuk menjalani dan menapaki jalan sunnah, jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Hidayah untuk senantiasa bersabar, hidayah untuk senantiasa bersyukur, hidayah untuk senantiasa istiqamah diatas jalan kebenaran.

Itulah saudaraku, hakikat rahmat yang Allah berikan kepada seorang hamba. Maka dengan itulah kita bergembira.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ ﴿٥٨﴾

Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.” (QS. Yunus[10]: 58)

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
إنك سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعوَات
اللهُمَّ نْسُرِ المُسْلِمِين فِي كُلِّ مَكَان
اللهم أَعِز الإسلام والمسلمين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار، اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار، اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Tentang Musibah Yang Paling Dahsyat Bagi Seorang Muslim


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45614-musibah-yang-paling-dahsyat-bagi-seorang-muslim/